Di Indonesia juga begitu Pemerintahnya Takut dengan Barat.??
Lembaga2 Barat seperti IMF,
World Bank beserta kroninya
meneriakkan isyu korupsi di
BUMN2 Indonesia.
Tujuannya
agar BUMN2 Indonesia seperti
Telkom, Indosat, Pertamina, dsb
dijual ke asing.
Walhasil kekayaan
alam dan wilayah udara/
frekuensi Indonesia dikuasai
asing hingga rakyat Indonesia
sekedar jadi kacung saja.
Para pemimpin Indonesia
mengharap dollar yg dicetak AS
dari kertas.
Demi kertas yg
sebenarnya tak berharga itu
diserahkan minyak, gas, emas,
tanah, dan bumi Indonesia ke AS.
Padahal untuk dapat dollar AS
cukup menyediakan kertas dan
menekan tombol printer…
Rusia sudah sadar itu.
Kapan Indonesia sadar.??
Barat terkesima, tak percaya
Vladimir Putin menginvasi
Ukraina.
Semua diplomat Jerman,
birokrat euro Prancis dan
intelektual Amerika tertegun
bertanya-tanya, mengapa Rusia
memilih mempertaruhkan
hubungan bernilai triliunan
dolarnya dengan Barat?
Para pemimpin Barat terpaku tak
mengira para penguasa Rusia tak
lagi menghormati Eropa seperti
mereka perlihatkan usai Perang
Dingin.
Rusia tidak lagi
menganggap Barat aliansi
pembebas. Rusia kini
menganggap semua yang ada di
benak Barat melulu uang.
Para tangan kanan Putin tahu
sekali soal ini. Selama bertahun-
tahun para penguasa Rusia telah
membeli Eropa.
Orang-orang
Rusia mempunyai mansion dan
flat mewah dari West End di
London sampai Cote d’Azure di
Prancis.
Anak-anak Rusia belajar di
sekolah-sekolah khusus nan elite
di Inggris dan Swiss, sedangkan
uang mereka diparkir di bank-
bank Austria dan ditampung
sistem pajak rendah Inggris.
Lingkaran terdalam kekuasan
Putin tak lagi takut terhadap
sikap Eropa.
Mereka kini tahu
betul siapa Eropa. Mereka bisa
langsung melihat betapa
penjilatnya para aristokrat dan
konglomerat Barat itu yang
matanya berubah berbinar setiap
kali miliaran dolar uang Rusia
dimainkan.
Rusia sekarang menganggap
Barat munafik karena elite-elite
Eropalah yang justru membantu
orang-orang Rusia
menyembunyikan kekayaannya.
Sekali waktu Rusia menyimak
saat kedubes-kedubes Eropa
mengutuk korupsi di BUMN-
BUMN Rusia. Tapi sekarang tidak
lagi. Karena Rusia tahu sekali
bahwa para bankir, pengusaha
dan pengacara Eropa justru
melakukan kerja kotor bagi
orang-orang Rusia untuk
menyembunyikan uang hasil
korupsi mereka di Antila Belanda
dan Kepulauan Virgin, Inggris.
Kita tidak sedang membahas
uang yang banyak, melainkan
uang yang sangat banyak.
Bank
sentral Rusia memperkirakan dua
pertiga dari 56 miliar dolar AS
uang yang ada di Rusia pada
2012 ada kaitannya dengan
kegiatan-kegiatan ilegal, hasil
berbagai kejahatan seperti
pungli, uang narkotika atau
penggelapan pajak. Ini adalah
uang yang digulungkan para
bankir kaya raya Inggris sebagai
karpet merah demi masuknya
orang Rusia ke London.
Di balik korupsi Eropa, Rusia
melihat kelemahan Amerika.
Kremlin tak yakin negara-negara
Eropa, kecuali Jerman, benar-
benar independen dari Amerika
Serikat. Rusia kini melihat Eropa
tak lebih dari negara-negara klien
yang bisa dipaksa Washington,
untuk tidak berbisnis dengan
Kremlin.
Namun ketika Rusia menyaksikan
Spanyol, Italia, Yunani dan
Portugal saling menyisihkan
dalam tender menjadi mitra
bisnis terbaik Rusia dalam Uni
Eropa, mereka melihat kontrol
Amerika atas Eropa perlahan
memudar.
Di Moskow, Rusia menyimak
kelemahan Amerika di luar
Kedubes Moskow.
Suatu waktu Kremlin khawatir
petualangan asing akan memicu
sanksi ekonomi ala Perang Dingin
yang merugikannya seperti
larangan ekspor komponen-
komponen kunci bagi industri
minyaknya atau bahkan
diputusnya akses ke sektor
perbankan Eropa. Kini
kekhawatiran seperti ini tidak
ada lagi.
Rusia melihat Amerika bingung
karena perjudian Putin di Ukraina
menggoyahkan kebijakan luar
negeri AS yang lebih memilih
membicarakan China atau
berpartisipasi dalam
perundingan damai Israel-
Palestina.
Rusia melihat Amerika rentan: di
Afghanistan, di Suriah dan di Iran
di mana Amerika Serikat kini
amat sangat memerlukan
dukungan Rusia untuk
melanjutkan pengapalan
pasokan-pasokannya,
menuanrumahi konferensi
perdamaian atau menguatkan
sanksi Barat ke Iran.
Moskow tidak gugup. Para elite
Rusia telah mengekspos Barat
dengan cara luar biasa dengan
menawan properti-properti dan
rekening-rekening bank Eropa.
Secara teoritis, ini membuat Barat
rentan mengingat penarikan
dana secara tiba-tiba oleh adanya
investigasi pencucian uang dan
larangan visa, bisa memangkas
kekayaan mereka. Dari masa ke
masa Rusia menyaksikan betapa
pemerintah-pemerintah Eropa
menolak meloloskan undang-
undang yang mirip dengan UU
Magnistky AS yang mencegah
para pemimpin kriminal
memasuki Amerika Serikat.
Semua ini membuat Putin
percaya diri, sangat percaya diri,
percaya bahwa elite Eropa lebih
tertarik pada uang ketimbang
menghadapinya.
Ini buktinya. Setelah pasukan
Rusia mencapai pinggiran Tbilisi,
ibukota Georgia, pada 2008,
rangkaian pernyataan dan
gertakan keluar dari Barat,
namun saat dihadapkan pada
miliaran dolar dana Rusia,
mereka menjadi ciut. Lalu, setelah
para tokoh oposisi Rusia diadili,
Uni Eropa mengirim surat
keprihatinan, tapi sekali lagi
mereka bungkam saat miliaran
dolar uang Rusia tersaji di
hadapan mereka.
Kremlin kini tahu rahasia perang
kotor Eropa. Kremlin tahu pasti
sikap Eropa. Orang-orang
bermuka masam yang
mengendalikan Rusia di era Putin
melihat Barat seperti para politisi
di akhir masa Soviet.
Menengok era 1980-an, USSR
(Uni Soviet) berbicara soal
Marxisme internasional padahal
Soviet tak lagi mempercayainya.
Kini, Brussels, menurut Rusia,
berbicara soal hak asasi manusia
tapi mereka sendiri tidak lagi
mempercayainya. Eropa sungguh
sudah dikendalikan oleh elite
bermoralitas hedge fund
(pengelola dana atau pialang):
Keduk uang dengan cara apa
saja, lalu parkir uang itu di luar
negeri.
Lembaga2 Barat seperti IMF,
World Bank beserta kroninya
meneriakkan isyu korupsi di
BUMN2 Indonesia.
Tujuannya
agar BUMN2 Indonesia seperti
Telkom, Indosat, Pertamina, dsb
dijual ke asing.
Walhasil kekayaan
alam dan wilayah udara/
frekuensi Indonesia dikuasai
asing hingga rakyat Indonesia
sekedar jadi kacung saja.
Para pemimpin Indonesia
mengharap dollar yg dicetak AS
dari kertas.
Demi kertas yg
sebenarnya tak berharga itu
diserahkan minyak, gas, emas,
tanah, dan bumi Indonesia ke AS.
Padahal untuk dapat dollar AS
cukup menyediakan kertas dan
menekan tombol printer…
Rusia sudah sadar itu.
Kapan Indonesia sadar.??
Barat terkesima, tak percaya
Vladimir Putin menginvasi
Ukraina.
Semua diplomat Jerman,
birokrat euro Prancis dan
intelektual Amerika tertegun
bertanya-tanya, mengapa Rusia
memilih mempertaruhkan
hubungan bernilai triliunan
dolarnya dengan Barat?
Para pemimpin Barat terpaku tak
mengira para penguasa Rusia tak
lagi menghormati Eropa seperti
mereka perlihatkan usai Perang
Dingin.
Rusia tidak lagi
menganggap Barat aliansi
pembebas. Rusia kini
menganggap semua yang ada di
benak Barat melulu uang.
Para tangan kanan Putin tahu
sekali soal ini. Selama bertahun-
tahun para penguasa Rusia telah
membeli Eropa.
Orang-orang
Rusia mempunyai mansion dan
flat mewah dari West End di
London sampai Cote d’Azure di
Prancis.
Anak-anak Rusia belajar di
sekolah-sekolah khusus nan elite
di Inggris dan Swiss, sedangkan
uang mereka diparkir di bank-
bank Austria dan ditampung
sistem pajak rendah Inggris.
Lingkaran terdalam kekuasan
Putin tak lagi takut terhadap
sikap Eropa.
Mereka kini tahu
betul siapa Eropa. Mereka bisa
langsung melihat betapa
penjilatnya para aristokrat dan
konglomerat Barat itu yang
matanya berubah berbinar setiap
kali miliaran dolar uang Rusia
dimainkan.
Rusia sekarang menganggap
Barat munafik karena elite-elite
Eropalah yang justru membantu
orang-orang Rusia
menyembunyikan kekayaannya.
Sekali waktu Rusia menyimak
saat kedubes-kedubes Eropa
mengutuk korupsi di BUMN-
BUMN Rusia. Tapi sekarang tidak
lagi. Karena Rusia tahu sekali
bahwa para bankir, pengusaha
dan pengacara Eropa justru
melakukan kerja kotor bagi
orang-orang Rusia untuk
menyembunyikan uang hasil
korupsi mereka di Antila Belanda
dan Kepulauan Virgin, Inggris.
Kita tidak sedang membahas
uang yang banyak, melainkan
uang yang sangat banyak.
Bank
sentral Rusia memperkirakan dua
pertiga dari 56 miliar dolar AS
uang yang ada di Rusia pada
2012 ada kaitannya dengan
kegiatan-kegiatan ilegal, hasil
berbagai kejahatan seperti
pungli, uang narkotika atau
penggelapan pajak. Ini adalah
uang yang digulungkan para
bankir kaya raya Inggris sebagai
karpet merah demi masuknya
orang Rusia ke London.
Di balik korupsi Eropa, Rusia
melihat kelemahan Amerika.
Kremlin tak yakin negara-negara
Eropa, kecuali Jerman, benar-
benar independen dari Amerika
Serikat. Rusia kini melihat Eropa
tak lebih dari negara-negara klien
yang bisa dipaksa Washington,
untuk tidak berbisnis dengan
Kremlin.
Namun ketika Rusia menyaksikan
Spanyol, Italia, Yunani dan
Portugal saling menyisihkan
dalam tender menjadi mitra
bisnis terbaik Rusia dalam Uni
Eropa, mereka melihat kontrol
Amerika atas Eropa perlahan
memudar.
Di Moskow, Rusia menyimak
kelemahan Amerika di luar
Kedubes Moskow.
Suatu waktu Kremlin khawatir
petualangan asing akan memicu
sanksi ekonomi ala Perang Dingin
yang merugikannya seperti
larangan ekspor komponen-
komponen kunci bagi industri
minyaknya atau bahkan
diputusnya akses ke sektor
perbankan Eropa. Kini
kekhawatiran seperti ini tidak
ada lagi.
Rusia melihat Amerika bingung
karena perjudian Putin di Ukraina
menggoyahkan kebijakan luar
negeri AS yang lebih memilih
membicarakan China atau
berpartisipasi dalam
perundingan damai Israel-
Palestina.
Rusia melihat Amerika rentan: di
Afghanistan, di Suriah dan di Iran
di mana Amerika Serikat kini
amat sangat memerlukan
dukungan Rusia untuk
melanjutkan pengapalan
pasokan-pasokannya,
menuanrumahi konferensi
perdamaian atau menguatkan
sanksi Barat ke Iran.
Moskow tidak gugup. Para elite
Rusia telah mengekspos Barat
dengan cara luar biasa dengan
menawan properti-properti dan
rekening-rekening bank Eropa.
Secara teoritis, ini membuat Barat
rentan mengingat penarikan
dana secara tiba-tiba oleh adanya
investigasi pencucian uang dan
larangan visa, bisa memangkas
kekayaan mereka. Dari masa ke
masa Rusia menyaksikan betapa
pemerintah-pemerintah Eropa
menolak meloloskan undang-
undang yang mirip dengan UU
Magnistky AS yang mencegah
para pemimpin kriminal
memasuki Amerika Serikat.
Semua ini membuat Putin
percaya diri, sangat percaya diri,
percaya bahwa elite Eropa lebih
tertarik pada uang ketimbang
menghadapinya.
Ini buktinya. Setelah pasukan
Rusia mencapai pinggiran Tbilisi,
ibukota Georgia, pada 2008,
rangkaian pernyataan dan
gertakan keluar dari Barat,
namun saat dihadapkan pada
miliaran dolar dana Rusia,
mereka menjadi ciut. Lalu, setelah
para tokoh oposisi Rusia diadili,
Uni Eropa mengirim surat
keprihatinan, tapi sekali lagi
mereka bungkam saat miliaran
dolar uang Rusia tersaji di
hadapan mereka.
Kremlin kini tahu rahasia perang
kotor Eropa. Kremlin tahu pasti
sikap Eropa. Orang-orang
bermuka masam yang
mengendalikan Rusia di era Putin
melihat Barat seperti para politisi
di akhir masa Soviet.
Menengok era 1980-an, USSR
(Uni Soviet) berbicara soal
Marxisme internasional padahal
Soviet tak lagi mempercayainya.
Kini, Brussels, menurut Rusia,
berbicara soal hak asasi manusia
tapi mereka sendiri tidak lagi
mempercayainya. Eropa sungguh
sudah dikendalikan oleh elite
bermoralitas hedge fund
(pengelola dana atau pialang):
Keduk uang dengan cara apa
saja, lalu parkir uang itu di luar
negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar